PELAJARAN
XI
ADAB
BERIBADAH DAN MASUK MASJID
Wahai anakku, takut
dan jauhilah olehmu ingkar dalam beribadah kepada Rabbmu, sebab sesungguhnya
Rabbmu telah berfirman dalam kitab-Nya yang mulia: “Dan Aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. Aku
tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki Supaya mereka memberi Aku makan.
Sesungguhnya Allah dialah Maha pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi
Sangat Kokoh.”(QS. Adz-Dzaariyaat: 56 – 8)
Wahai anakku,
jadilah engkau seorang yang selalu bersemangat dalam menjalankan ibadah fardlu
(wajib ), khususnya shalat. Lakukanlah shalat fardlu tepat pada waktunya dengan
barjama’ah. Apabila waktu shalat hampir tiba, siapkanlah dirimu untuk berwudlu,
jangan saling mendahului dalam perjalanan ke masjid dan ke tempat wudlu, jangan
berlebihan dalam menggunakan air untuk berwudlu. Apabila waktu shalat telah
tiba dan muadzin telah melakukan adzan, segera hadapkan dirimu ke arah kiblat,
lakukan shalat sunnat qabliyah (shalat sunnat yang dikerjakan sebelum shalat
fardlu). Sesudah itu duduklah bertafakkur, i’tikaf atau bardzikir kepada Allah,
sampai shalat berjama’ah dilaksanakan. Bila sampai waktunya untuk shalat
berjama’ah, berjama’alah dengan khusyu’ dan tawadlu (merasa rendah diri).
Ketahuilah! Sesungguhnya pada saat shalat, engkau sedang munajat (berdialog) dengan
Robbmu dan berada dalam kekuasaannya-Nya. Imam Hakim meriwayatkan hadist dari
abu Hurairah ra., dari Nabi saw., beliau telah bersabda: “Sesungguhnya salah
seorang dari kamu sekalian apabila berdiri shalat, dia sedang melakukan munajat
dengan Rabbnya. Maka jagalah adab bermunajat tersebut.” sebab itu jahuilah
segala godaan syaitan dan hindari perasaan tidak khusyu’ berupa bisikan hati
yang mengalihkan perhatian kepada selain munajat kepada Allah Yang Maha Pengasih.
Wahai anakku,
apabila engkau telah menunaikan shalat fardlu, maka lakukan shalat sunnat ba’diyah
(shalat sunnat yang dikerjakan sesudah shalat fardlu), berdo’alah kepada Allah
dengan do’a yang telah diajarkan Allah dan Rasul-Nya. Beristigfarlah (memohon
ampun) sebanyak mungkin dengan membaca “astaghfirullaahal ‘adziim”
dan mohon kepadanya-Nya ditambah ilmu, sebab sesungguhnya Allah Maha Pembuka dan
Maha Mengetahui.
Wahai anakku,
lebih baik lagi selama berada di dalam masjid, engkau mampu memelihara wudlumu.
Sebab sesungguhnya masjid adalah rumah yang yang diridlai Allah, maka siapa
yang memasuki masjid akan mendapat keridlaan Allah. Salah satu adab yang
tercela adalah apabila engkau masuk masjid, tetapi tidak beribadah kepada-Nya.
Wahai anakku, sesungguhnya
perhatian muslimin selalu dicurahkan kepada para pelajar, dengan maksud
memuliakannya. Mereka akan mambesar-besarkan yang sebenarnya kecil, jika
kesalahan itu dilakukan oleh orang yang terpelajar. Sebab itu jagalah dirimu
jangan sampai menjadi pembicaraan dikalangan mereka. Lunkanlah suaramu, jangan
engkau bermusuhan dengan temanmu, jangan membencinya dan jangan menghalangi seorang
mukmin yang beribadah kepada Rabbnya di masjid tersebut.
Wahai anakku,
didalam masjid engkau akan selalu diperhatikan orang. Mereka akan mengambil
i’tibar (teladan) dari akhlaq dan kekhusyua’an shalatmu. Karena itu janganlah
engkau berbuat tidak sopan dan sholat tergesa-gesa, sehingga mereka tidak mau
memperlihatkan dan mengindahkan nasihat serta
petunjuk yang engkau sampaikan.
Wahai anakku,
janganlah engkau melakukan sesuatu yang kurang baik di dalam masjid, sehingga
menjadi bahan pembicaraan umum yang memberi pengaruh negatif kepda
teman-temanmu. Apabila engkau melihat seseorang melakukan shalat tidak sesuai dengan
menurut hukum-Nya, tegurlah dengan bijaksana dan dengan nada yang lemah lembut.
Apabila engkau ingin menyampaikan syariat Allah kepadanya, maka janganlah sekali-kali
engkau membuat dia tidak tertarik mempelajari Dienul Islam. Allah akan memberi
petunjuk jalan yang lurus kepada orang yang dihendaki.
PELAJARAN XII
KEUTAMAAN BERBUAT JUJUR
Wahai anakku,
berusahalah engkau untuk menjadi sesorang yang selalu jujur dalam segala
pembicaraan. Sebab sesungguhnya dusta itu adalah perbuatan yang buruk dan
tercela. Janganlah engkau berdusta untuk memperoleh nama baik dikalangan
teman-teman dan gurumu. Bila engkau sudah terbiasa berdusta: maka teman-temanmu
tidak akan mempercayaimu, sekalipun apa yang engkau sampaikan itu adalah benar.
Wahai anakku, apabila
engkau melakukan pelanggaran terhadap gurumu, engkau wajib menerima sangsi, maka
janganlah engkau berdusta. Bila engkau ditanya, jawablah dengan terusterang.
Dalam melakukan sesuatu hendaklah konsekwen, berani berbuat harus berani bertangungjawab.
Jangan melibatkan temanmu lantaran ingin menghindari sangsi, karena jika
kebohonganmu telah kebongkar, maka engkau akan menerima sangsi yang berlibat
ganda dihadapan Allah dan gurumu, yaitu sangsi berbuat salah dan sangsi
berdusta. Engkau tidak bisa menyelamatkan diri dari azab Allah Yang Megetahui segala
apa yang engkau rahasiakan dalam hatimu.
Wahai anakku, sesunguhnya
Al-Quran menegaskan bahwa Allah akan melanat orang yang berdusta. Apakah engkau
rela menjadi orang yang dila’nat AIIah, padahal engkau mempelajara Dienul Islam.
Wahai anakku, apabila
engkau berdusta sekali saja dan tidak ada orang yang mengetahui, ada kemungkinan
diketahui orang secara kebetulan dikemudian hari. Dengan kemudian semua
kebohongan yang pernah engkau lakukan akan terbongkar.
Wahai anakku, apabila
engkau merasa tidak takut berdusta dihadapan manusia dan menganggap itu adalah
hal yang sudah biasa, apakah engku merasa tidak takut terhadp azab Rabbumu yang
selalu mengetahui segala yang dirahasiakan di dalam hati?
Wahai anakku, apabila
seseorang berdusta, maka dia akan terbiasa melaukannya. Sulit baginya untuk
selalu jujur. Karena itu usahakanlah untuk selalu memelihara kejujuran. Hindari
perbuatan bohong, sekalipun perduatan itu dapat menyelamatkan dirimu.
Wahai anakku, ini adalah wasiatku kepadamu. Apabila
kamu termasuk orang yang jujur
sebagaimana sikap para penuntut ilmu, maka berjanjilah untuk tidak
berdusta dalam setiap pembicaraan. Katakanlah: “Ya Aallah, hamba berjanji untuk
tidak berdusta kepada seseorang selama hidupku,”
niscaya akan nampak bagiku di kemudian hari sejauh mana kamu menjaga janji yang
kau ucapkan kepada Allah dihadapan guru dan teman-temanmu.
Wahai anakku, sesungguhnya
orang-orang yang menjadikan dusta sebagai
permainan tidak akan mendapat pahala di sisi Allah. Jangan sampai engkau
berdusta dan apabila ditanya, kemudian engkau menjawab: “Aku hanya main-main
saja” janganlah engkau berdusta, baik dalam keadaan serius maupun santai.
Ingatlah!
Sesungguhnya seseorang yang berbuat jujur, setiap perkataan dan perbuatan akan
dijadikan dalil, sekalipun tanpa mengetahui dalil yang sebenarnya (Al-Quran dan
Hadits). Dia akan selalu diajak bermusyawarah dan dimintai dalam pendapat dalam penyelesaian suatu masalah. Jika engkau ingin mendapat kepercayan seperti itu, maka usahakanlah untuk
selalu jujur dalam setiap pembicaraan. Dan
Allah maha Kuasa tentu memberi petunjuk dan pertolongan ke jalan yang lurus.
PELAJARAN XIII
KEUTAMAAN AMANAH
Wahai anakku, amanah
(dapat dipercaya) merupakan sebaik-baik akhlaq dari beberapa akhlaq terpuji. Sedangkan
khianat (tidak dapat dipercaya) merupakan seburuk-buruk akhlaq yang hina dan
rendah. Amanah merupakan hiasan bagi orang-orang yg mulia dan berilmu. Sesungguhnya
amanah dan sidiq (jujur) merupakan sebagian sifat-sifat para Rasul ‘alaihimu
Shalaatu Wassalaamu (semoga shalawat dan salam dicurahkan kepada mereka).
Wahai anakku, jadilah
engkau seorang yang dapat dipercaya dalam segala hal. Janganlah engkau kianat dalam
masalah kehormatan, harta kekayaan dan sebagainya. Apabila seorang mempercayakan
harta kekayaanya kepadamu, maka janganlah engkau berkhianat dan kembalikanlah
jika dia meminta. Apabila seorang telah mempercayakan kepadamu suatu yang rahasia,
maka janganlah engkau berkhianat dan menceritakannya pada orang lain, sekalipun
dia teman yang dapat dipercaya dan mulia di sisimu.
Wahai anakku, apabila
engkau tinggal di asmara atau kost, janganlah engkau mengambil atau menggunakan
barang temanmu tanpa izin (ghashab). Jagalah hak milik temanmu, jangan sampai
ada seseorangpun yang berani mengambilnya
tanpa izin, jika temanmu tidak berada di tempat.
Wahai anakku,
jagalah dirimu, jangan sampai teman-temanmu menganggap dirimu tidak dapat dipercaya.
Jangan sampai mereka berprasangka engkau mencuri barang-barang mereka, padahal
engkau benar-benar melakukannya.
Wahai anakku, jadilah
engkau seorang yang dapat dipercaya, baik dalam masalah yang besar maupun
urusan kecil. Hidarilah pembicaraan khianat, sekalipun kepada dirimu sendiri,
baik dalam hal yang dipandang mulia ataupun yang hina. Yang termasuk perbuatan
khianat diantaranya membuka tas, koper atau lemari temanmu, di saat dia tidak
ada, sekalipun hanya dengan niat malihat saja. Jangan mencari-cari kesalahan
teman, jangan mencoba untuk mendengarkan pembicaraan dua orang temanmu tanpa seizin
mereka, serta jangan memanggil seseorang dengan nama selain nama aslinya.
Wahai anakku,
janganlah engkau mengambil sesuatu milik teman mu dengan maksud bergurau, dan
segera engkau kembalikan bila dia mancarinya. Perbuatanmu ini akan menyebabkan
temanmu selalu berprasangka buruk kepadamu dan mencurigaimu, meskipun engkau
tidak berniat benar-benar mengambilnya. Sulit bagimu untuk menghilangkan
prasangka buruk itu, bila mereka sudah terlanjur deranggapan demikian. Sebelum hal
itu terjadi, maka hindarilah.
Wahai anakku, janganlah
engkau berkhianat kepada dirimu sendiri dan kepada orang lain. Termasuk berkhianat
pada diri sendiri adalah membaca buku dan menjawab pertanyaan guru dengan
diam-diam terlebih dahulu membaca buku dan menjawabnya seolah-olah kamu mengetahui
jawaban dari pertayaan tersebut. termasuk berkhianat pada diri sendiri adalah
saat duduk di bangku ujian, bila kamu tidak mampu menjawabnya kemudian menyontek
secara langsung jawaban tersebut atau diam-diam meminta seorang temanmu untuk
mrnjawabnya.
Wahai anakku,
dengan perbuatan itu, berarti engkau telah menipu dirimu sendiri. Sekalipun engkau
kurang mampu dalam pelajaran, asalkan tidak menjadi pengkhianat dan penipu.
Wahai anakku, takut
lah untuk melakukan hal seperti itu, dan
bersungguh-sungguhlah dalam menuntut ilmu. Selamatkanlah dirimu dari perbuatan
khianat dan menipu diri sendiri. Dan Allah Maha Kuasa untuk memberi petunjuk
dan pertolongan kepadamu.
PELAJARAN XIV
KEUTAMAAN DALAM ‘IFFAH
Wahai anakku, ‘iffah
(menjaga diri dari sesuatu yang haram)
adalah sebagian dari akhlaq orang-orang yang mulia, termasuk sifat orang-orang
yang beramal baik. sebab itu engkau harus memiliki akhlaq yang mulia itu agar
menjadi suwatu watak yang tertanam dalam jiwamu.
Sebagian dari
‘iffah ialah berusah untuk menjadi orang yang hidup sederhana, tidak merasa
berat untuk memberi makan dan minum kepada orang yang sangat membutuhkannya,
juga kepada kawan yang lain. Dahulukan kepentingan orang lain daripada
kepentingan pribadi.
Bagian lain
dari ‘iffah ialah jangan sekali-kali engkau melihat sesuatu milik orang lain
dengan maksud untuk memilikinya (thama’), jangan pula engkau terlalu rakus
dalam makan dan minum untuk mengejar kesenangan sementara.
Wahai anakku,
termasuk ‘iffah pula jika engkau dapat membagi dan membedakan kepentingan untuk
pribadi serta kepentingan hawa nafsumu. Janganlah engkau memperturutkan
kehendak hawa nafsumu dalam mencari kepuasan yang hina, perbuatan seperti ini
hanya dilakukan oleh orang-orang dzalim (berbuat kerusakan), orang-orang yang rendah
akhlaq sejalah yang selalu memperturutkan hawa nafsunya.
Wahai anakku,
sesungguhnya orang kaya yang mengisi perutnya dengan roti (makanan enak) sama
saja dengan orang fakir yang mengisi perutnya dengan makanan yang tidak enak, karena
titik akhir dari semua itu adalah berupa kotoran.
Wahai anakku,
jadilah engkau seorang yang berjiwa mulia dengan berbuat ‘iffah, janganlah engkau
mengotori kemuliaan dirimu dengan makanan yang engkau makan dengan cepat,
hingga tak tak terasa kelezatannya dan di mana saja kau berada hindari cara
makan yang rakus agar engkau tidak mendaat celaan.
Wahai anakku,
bagi yang belum memilikinya, ’iffah merupakan suatu perisai diri. Peliharalah perisai
tersebut yang akan mengantarkan dirimu kedalam ketenteraman dan kemuliaan
hidup, baik dalam pandangan ulama ataupun dalam pandangan orang awam (umum)
Wahai anakku,
takutlah engkau dari segala perbuatan haram. Apabila engkau berjalan di keramaian,
maka janganlah engkau memenuhi arah pandang matamu terus menerus kepada kaum
wanita, begitu pula sebaliknya. Janganlah engkau asyik berbicara dengan wanita
yang bukan mahram dan bukan sanak saudaramu (sekalipun itu teman belajar).
Hindarilah olehmu berdua dengan wanita, perbuatan seperti itu diharamkan
untukmu. Berpegang teguhlah kepada firman Allah: “Katakanlah kepada
orang-orang beriman: hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara
kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci dari mereka, sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang mereka berbuat.” (QS. An-Nur: 30)
Wahai anakku,
dalam suatu hadits riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim dan Abu Dawud dari Anas bin
Malik, diriwayatkan juga oleh Imam Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Ibnu Majah dari
Shafiyah ra. Menerangkan: “Sesungguhnya syaitan itu menelusuri tubuh anak
Adam (umat manusia) untuk menggodanya seperti beredarnya darah di dalam tubuh.”
Kaum Wanita adalah tali pengikat bagi syaitan
untuk menjerumuskan orang-orang yang beriman lemah.
Wahai anakku,
takutlah dan jangan sampai syaitan menarik dirimu ke arah perangkap yang telah
dipasangnya dengan memperturutkan hawa nafsu yang tercela, sehingga dirimu
terjerumus ke jurang dosa besar dan kemungkaran dengan melakukan perzinahan dan
lain sebagainya.
Wahai anakku,
ingatlah firman Allah: “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina
itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS.
Al-Israa’: 32)
Wahai anakku,
wasiatku padamu, hendaklah engkau menjaga diri dari godaan dan bujuk rayu
syaitan serta dari syahwat yang keji. Sesungguhnya Allah swt. selalu mengawasimu,
sekalipun engkau berada di tempat sepi dan Allah akan menghisab (menghitung)
segala amal perbuatanmu.
Wahai anakku,
terimalah nasihatku ini. Ingatlah selalu setiap saat, lebih-lebih di kala engkau
terterik melakukan sesuatu yang jelek dengan memperturutkan syahwat yang hina. Mintalah
perlindungan-Nya dari godaan syaitan yang terkutuk, dengan membaca: “A’uudzuubillaahaminas
syaithaanir rajiim.” Hadapkanlah dirimu kepada Allah dengan niat yang suci
murni, mintalah keselamatan kepada Allah dari godaan dan rayuan syaitan. Wahai
anakku, sesungguhnya Allah menguasai, menjaga dan memelihara dirimu dengan
rahmat dan petunjuk-Nya.
PELAJARAN XV
KEUTAMAAN MURUAH (KURANG MENJAGA KEHORMATAN DIRI), SYAHAMAH (MENCEGAH
HAWA NAFSU) DAN ‘IZZATIN NAFSI (KEMULIAAN DIRI)
Wahai anakku,
tidak ada kebaikan bagi orang yang sedikit muruahnya (kurang menjaga kehormatan
diri), membuat dirinya hina dalam pandangan umat dan teman pergaulan. Apabila
seseorang dihina dan dicela, dia akan merasa rendah diri serta kehilangan
kemulian dirinya.
Wahai anakku,
kepribadian orang-orang seperti itu bukanlah watak dan kepribadian orang-orang
yang mempelajari Dien, dan tidak patut dimiliki oleh orang-orang yang memegang
teguh ajaran syariat Islam.
Wahai anakku,
jaga dan peliharalah sifat muruahmu, janganlah engkau dudukkan dirimu bukan
pada tempatnya. Peliharalah dan jaga dirimu dari pergaulan dengan orang-orang
yang rendah akhlaqnya dan tercela. Angkatlah kehormatan dirimu dari sifat-sifat
kehinaan, janganlah engkau menjadi budak perutmu (hidup untuk makan ibarat
binatang) dan janganlah engkau menjadi budak hawa nafsu syahwatmu dengan
memperturutkan apa yang dikehendaki.
Wahai anakku,
fakir (kekurangan) dalam masalah harta tidaklah menjadi tercela bagi umat
manusia. Seseorang akan tercela apabila tidak memiliki sifat muruah, bukan
karena sedikit hartanya. Seseorang akan mendapat pujian jika memiliki sifat
muruah dan baik dalam bergaul dengan keluarga dan temanya, jadi bukan karena
banyak harta.
Sebagaian dari
sifat wara’ (orang yang dalam ilmunya) ialah menjaga wajahmu dari kehinaan
memimta-minta, ridla untuk hidup sederhana apa adanya, makan hanya sekedar
untuk penguat badan saja, sebagaimana diterangkan dalam hadits syarif, dari Nabi
saw.: “Tidaklah anak adam (umat manusia) memenuhi suatu wadah yang lebih
jelek dari pada perutnya. Hanya sekedar kebutuhan untuk mempertahankan kekuatan
tubuhnya saja dia makan. Apabila merasa harus makan banyak, maka hendaklah dibagi
isi perutnya, yaitu: sepertiga untuk menyimpan makanannya, sepertiga untuk
menyimpan minumnya, dan sepertiga lagi untuk pernafasanya.” (Hadits riwayat
Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Hakim dari Miqdad bin Ma’dikariba)
Janganlah engkau memancing seorang untuk mengungkapkan sesuatu yang
telah diberikan kepadamu baik berupa barang ataupun yang lainnya, itu merupakan
kesenangan sementara saja.
Sebagian lagi dari cara menjaga kehormatan diri ialah engkau selalu
melihat dengan penuh kasih sayang kepada fakir miskin dan orang-orang yang sangat
membutuhkannya.
Termasuk cara menjaga kehormatan diri yang lain ialah apabila engkau
memberikan pertolongan kepada salah seorang
teman baik dengan harta ataupun lainnya, Janganlah engkau jadikan jalan
untuk menghina dan mencelanya.
Wahai anakku, sebagian dari syahamah (mencegah hawa nafsu) ialah
memaafkan orang yang bersalah atau berbuat jahat kepada dirimu, sekalipun
dirimu mampu dan kuat untuk membalasnya. Bagian lain dari syahamah ialah
berkata benar, sekalipun pada diri sendiri dan juga menjaga kehormatan diri
sekalipun engkau hidup fakir tanpa dan papa dari harta.
Wahai anakku, orang yang tidak menjaga ‘izzatin nafsi
(kemuliandiri), maka tidak akan manfaat harta dan yang lainnya untuk mencapai
suatu kemulian.
Kemulian diri adalah lebih utama dan lebih mulia daripada kemulian
harta benda. Sebagian dari kemulian diri ialah menunjukkan akhlaq yang baik
dihadapan umat manusia, sekalipun engkau fakir. Tidak memperlihatkan hajat
kebutuhanmu kepada seseorang yang dekat denganmu. Sebagian lagi dari kemulian
diri ialah bersabar dikala mendapatkan kesulitan hidup, dengan kesabaran yang
terpujidan berserah diri kepada Allah, janganlah meminta bantuan selain kepada
Rabbmu.
Wahai anakku,
sebagian dari ‘izzah nafsi, muruah dan syahamah ialah menjauhkan diri dari
melakukan perbuatan yang hina dan rendah untuk dirimu, jauhi perbuatan yang
dapat menjatuhkan harga diri serta juga menjauhi perkara-perkara yang dapat
menjatuhkan nama baik generasi penerus yang menjujung Dienul Islam, menjaga
nama baik lingkungan dimana engkau berpijak. Rasulullah saw. telah bersabda: “Orang
mukmin dengan orang mukmin lainnya itu ibarat suatu bangunan, yang satu sama
lainnya saling kuat menguatkan.” (Hadis riwayat Bukhari, Muslim dari Abi Musa
Al-Asy’ari ra.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar