Selasa, 20 Mei 2014

Terjemahan Kitab "Washoya Al Aaa' lil Abnaa' " (3)

 
PELAJARAN XI
ADAB BERIBADAH DAN MASUK MASJID

Wahai anakku, takut dan jauhilah olehmu ingkar dalam beribadah kepada Rabbmu, sebab sesungguhnya Rabbmu telah berfirman dalam kitab-Nya yang mulia: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki Supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah dialah Maha pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.”(QS. Adz-Dzaariyaat: 56 – 8)
 
Wahai anakku, jadilah engkau seorang yang selalu bersemangat dalam menjalankan ibadah fardlu (wajib ), khususnya shalat. Lakukanlah shalat fardlu tepat pada waktunya dengan barjama’ah. Apabila waktu shalat hampir tiba, siapkanlah dirimu untuk berwudlu, jangan saling mendahului dalam perjalanan ke masjid dan ke tempat wudlu, jangan berlebihan dalam menggunakan air untuk berwudlu. Apabila waktu shalat telah tiba dan muadzin telah melakukan adzan, segera hadapkan dirimu ke arah kiblat, lakukan shalat sunnat qabliyah (shalat sunnat yang dikerjakan sebelum shalat fardlu). Sesudah itu duduklah bertafakkur, i’tikaf atau bardzikir kepada Allah, sampai shalat berjama’ah dilaksanakan. Bila sampai waktunya untuk shalat berjama’ah, berjama’alah dengan khusyu’ dan tawadlu (merasa rendah diri). Ketahuilah! Sesungguhnya pada saat shalat, engkau sedang munajat (berdialog) dengan Robbmu dan berada dalam kekuasaannya-Nya. Imam Hakim meriwayatkan hadist dari abu Hurairah ra., dari Nabi saw., beliau telah bersabda: “Sesungguhnya salah seorang dari kamu sekalian apabila berdiri shalat, dia sedang melakukan munajat dengan Rabbnya. Maka jagalah adab bermunajat tersebut.” sebab itu jahuilah segala godaan syaitan dan hindari perasaan tidak khusyu’ berupa bisikan hati yang mengalihkan perhatian kepada selain munajat kepada Allah Yang Maha Pengasih.
Wahai anakku, apabila engkau telah menunaikan shalat fardlu, maka lakukan shalat sunnat ba’diyah (shalat sunnat yang dikerjakan sesudah shalat fardlu), berdo’alah kepada Allah dengan do’a yang telah diajarkan Allah dan Rasul-Nya. Beristigfarlah (memohon ampun) sebanyak mungkin dengan membaca “astaghfirullaahal ‘adziim” dan mohon kepadanya-Nya ditambah ilmu, sebab sesungguhnya Allah Maha Pembuka dan Maha Mengetahui.
Wahai anakku, lebih baik lagi selama berada di dalam masjid, engkau mampu memelihara wudlumu. Sebab sesungguhnya masjid adalah rumah yang yang diridlai Allah, maka siapa yang memasuki masjid akan mendapat keridlaan Allah. Salah satu adab yang tercela adalah apabila engkau masuk masjid, tetapi tidak beribadah kepada-Nya.
Wahai anakku, sesungguhnya perhatian muslimin selalu dicurahkan kepada para pelajar, dengan maksud memuliakannya. Mereka akan mambesar-besarkan yang sebenarnya kecil, jika kesalahan itu dilakukan oleh orang yang terpelajar. Sebab itu jagalah dirimu jangan sampai menjadi pembicaraan dikalangan mereka. Lunkanlah suaramu, jangan engkau bermusuhan dengan temanmu, jangan membencinya dan jangan menghalangi seorang mukmin yang beribadah kepada Rabbnya di masjid tersebut.
Wahai anakku, didalam masjid engkau akan selalu diperhatikan orang. Mereka akan mengambil i’tibar (teladan) dari akhlaq dan kekhusyua’an shalatmu. Karena itu janganlah engkau berbuat tidak sopan dan sholat tergesa-gesa, sehingga mereka tidak mau memperlihatkan dan mengindahkan nasihat serta  petunjuk yang engkau sampaikan.
Wahai anakku, janganlah engkau melakukan sesuatu yang kurang baik di dalam masjid, sehingga menjadi bahan pembicaraan umum yang memberi pengaruh negatif kepda teman-temanmu. Apabila engkau melihat seseorang melakukan shalat tidak sesuai dengan menurut hukum-Nya, tegurlah dengan bijaksana dan dengan nada yang lemah lembut. Apabila engkau ingin menyampaikan syariat Allah kepadanya, maka janganlah sekali-kali engkau membuat dia tidak tertarik mempelajari Dienul Islam. Allah akan memberi petunjuk jalan yang lurus kepada orang yang dihendaki.


PELAJARAN XII
KEUTAMAAN BERBUAT JUJUR

Wahai anakku, berusahalah engkau untuk menjadi sesorang yang selalu jujur dalam segala pembicaraan. Sebab sesungguhnya dusta itu adalah perbuatan yang buruk dan tercela. Janganlah engkau berdusta untuk memperoleh nama baik dikalangan teman-teman dan gurumu. Bila engkau sudah terbiasa berdusta: maka teman-temanmu tidak akan mempercayaimu, sekalipun apa yang engkau sampaikan itu adalah benar.
Wahai anakku, apabila engkau melakukan pelanggaran terhadap gurumu, engkau wajib menerima sangsi, maka janganlah engkau berdusta. Bila engkau ditanya, jawablah dengan terusterang. Dalam melakukan sesuatu hendaklah konsekwen, berani berbuat harus berani bertangungjawab. Jangan melibatkan temanmu lantaran ingin menghindari sangsi, karena jika kebohonganmu telah kebongkar, maka engkau akan menerima sangsi yang berlibat ganda dihadapan Allah dan gurumu, yaitu sangsi berbuat salah dan sangsi berdusta. Engkau tidak bisa menyelamatkan diri dari azab Allah Yang Megetahui segala apa yang engkau rahasiakan dalam hatimu.
Wahai anakku, sesunguhnya Al-Quran menegaskan bahwa Allah akan melanat orang yang berdusta. Apakah engkau rela menjadi orang yang dila’nat AIIah, padahal engkau mempelajara Dienul Islam.
Wahai anakku, apabila engkau berdusta sekali saja dan tidak ada orang yang mengetahui, ada kemungkinan diketahui orang secara kebetulan dikemudian hari. Dengan kemudian semua kebohongan yang pernah engkau lakukan akan terbongkar.
Wahai anakku, apabila engkau merasa tidak takut berdusta dihadapan manusia dan menganggap itu adalah hal yang sudah biasa, apakah engku merasa tidak takut terhadp azab Rabbumu yang selalu mengetahui segala yang dirahasiakan di dalam hati?
Wahai anakku, apabila seseorang berdusta, maka dia akan terbiasa melaukannya. Sulit baginya untuk selalu jujur. Karena itu usahakanlah untuk selalu memelihara kejujuran. Hindari perbuatan bohong, sekalipun perduatan itu dapat menyelamatkan dirimu.
Wahai  anakku, ini adalah wasiatku kepadamu. Apabila kamu termasuk orang yang jujur  sebagaimana sikap para penuntut ilmu, maka berjanjilah untuk tidak berdusta dalam setiap pembicaraan. Katakanlah: “Ya Aallah, hamba berjanji untuk tidak berdusta  kepada seseorang selama hidupku,” niscaya akan nampak bagiku di kemudian hari sejauh mana kamu menjaga janji yang kau ucapkan kepada Allah dihadapan guru dan teman-temanmu.
Wahai anakku, sesungguhnya orang-orang yang menjadikan dusta sebagai  permainan tidak akan mendapat pahala di sisi Allah. Jangan sampai engkau berdusta dan apabila ditanya, kemudian engkau menjawab: “Aku hanya main-main saja” janganlah engkau berdusta, baik dalam keadaan serius maupun santai.
Ingatlah! Sesungguhnya seseorang yang berbuat jujur, setiap perkataan dan perbuatan akan dijadikan dalil, sekalipun tanpa mengetahui dalil yang sebenarnya (Al-Quran dan Hadits). Dia akan selalu diajak bermusyawarah dan dimintai dalam pendapat  dalam penyelesaian suatu masalah. Jika engkau  ingin mendapat  kepercayan seperti itu, maka usahakanlah untuk selalu jujur dalam setiap  pembicaraan. Dan Allah maha Kuasa tentu memberi petunjuk dan pertolongan ke jalan yang lurus.


PELAJARAN XIII
KEUTAMAAN AMANAH

Wahai anakku, amanah (dapat dipercaya) merupakan sebaik-baik akhlaq dari beberapa akhlaq terpuji. Sedangkan khianat (tidak dapat dipercaya) merupakan seburuk-buruk akhlaq yang hina dan rendah. Amanah merupakan hiasan bagi orang-orang yg mulia dan berilmu. Sesungguhnya amanah dan sidiq (jujur) merupakan sebagian sifat-sifat para Rasul ‘alaihimu Shalaatu Wassalaamu (semoga shalawat dan salam dicurahkan kepada mereka).
Wahai anakku, jadilah engkau seorang yang dapat dipercaya dalam segala hal. Janganlah engkau kianat dalam masalah kehormatan, harta kekayaan dan sebagainya. Apabila seorang mempercayakan harta kekayaanya kepadamu, maka janganlah engkau berkhianat dan kembalikanlah jika dia meminta. Apabila seorang telah mempercayakan kepadamu suatu yang rahasia, maka janganlah engkau berkhianat dan menceritakannya pada orang lain, sekalipun dia teman yang dapat dipercaya dan mulia di sisimu.
Wahai anakku, apabila engkau tinggal di asmara atau kost, janganlah engkau mengambil atau menggunakan barang temanmu tanpa izin (ghashab). Jagalah hak milik temanmu, jangan sampai ada seseorangpun yang berani mengambilnya  tanpa izin, jika temanmu tidak berada di tempat.
Wahai anakku, jagalah dirimu, jangan sampai teman-temanmu menganggap dirimu tidak dapat dipercaya. Jangan sampai mereka berprasangka engkau mencuri barang-barang mereka, padahal engkau benar-benar melakukannya.
Wahai anakku, jadilah engkau seorang yang dapat dipercaya, baik dalam masalah yang besar maupun urusan kecil. Hidarilah pembicaraan khianat, sekalipun kepada dirimu sendiri, baik dalam hal yang dipandang mulia ataupun yang hina. Yang termasuk perbuatan khianat diantaranya membuka tas, koper atau lemari temanmu, di saat dia tidak ada, sekalipun hanya dengan niat malihat saja. Jangan mencari-cari kesalahan teman, jangan mencoba untuk mendengarkan pembicaraan dua orang temanmu tanpa seizin mereka, serta jangan memanggil seseorang dengan nama selain nama aslinya.
Wahai anakku, janganlah engkau mengambil sesuatu milik teman mu dengan maksud bergurau, dan segera engkau kembalikan bila dia mancarinya. Perbuatanmu ini akan menyebabkan temanmu selalu berprasangka buruk kepadamu dan mencurigaimu, meskipun engkau tidak berniat benar-benar mengambilnya. Sulit bagimu untuk menghilangkan prasangka buruk itu, bila mereka sudah terlanjur deranggapan demikian. Sebelum hal itu terjadi, maka hindarilah.
Wahai anakku, janganlah engkau berkhianat kepada dirimu sendiri dan kepada orang lain. Termasuk berkhianat pada diri sendiri adalah membaca buku dan menjawab pertanyaan guru dengan diam-diam terlebih dahulu membaca buku dan menjawabnya seolah-olah kamu mengetahui jawaban dari pertayaan tersebut. termasuk berkhianat pada diri sendiri adalah saat duduk di bangku ujian, bila kamu tidak mampu menjawabnya kemudian menyontek secara langsung jawaban tersebut atau diam-diam meminta seorang temanmu untuk mrnjawabnya.
Wahai anakku, dengan perbuatan itu, berarti engkau telah menipu dirimu sendiri. Sekalipun engkau kurang mampu dalam pelajaran, asalkan tidak menjadi pengkhianat dan penipu.
Wahai anakku, takut lah untuk melakukan hal seperti  itu, dan bersungguh-sungguhlah dalam menuntut ilmu. Selamatkanlah dirimu dari perbuatan khianat dan menipu diri sendiri. Dan Allah Maha Kuasa untuk memberi petunjuk dan pertolongan kepadamu.


PELAJARAN XIV
KEUTAMAAN DALAM ‘IFFAH

Wahai anakku, ‘iffah (menjaga diri dari sesuatu yang  haram) adalah sebagian dari akhlaq orang-orang yang mulia, termasuk sifat orang-orang yang beramal baik. sebab itu engkau harus memiliki akhlaq yang mulia itu agar menjadi suwatu watak yang tertanam dalam jiwamu.
Sebagian dari ‘iffah ialah berusah untuk menjadi orang yang hidup sederhana, tidak merasa berat untuk memberi makan dan minum kepada orang yang sangat membutuhkannya, juga kepada kawan yang lain. Dahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingan pribadi.
Bagian lain dari ‘iffah ialah jangan sekali-kali engkau melihat sesuatu milik orang lain dengan maksud untuk memilikinya (thama’), jangan pula engkau terlalu rakus dalam makan dan minum untuk mengejar kesenangan sementara.
Wahai anakku, termasuk ‘iffah pula jika engkau dapat membagi dan membedakan kepentingan untuk pribadi serta kepentingan hawa nafsumu. Janganlah engkau memperturutkan kehendak hawa nafsumu dalam mencari kepuasan yang hina, perbuatan seperti ini hanya dilakukan oleh orang-orang dzalim (berbuat kerusakan), orang-orang yang rendah akhlaq sejalah yang selalu memperturutkan hawa nafsunya.
Wahai anakku, sesungguhnya orang kaya yang mengisi perutnya dengan roti (makanan enak) sama saja dengan orang fakir yang mengisi perutnya dengan makanan yang tidak enak, karena titik akhir dari semua itu adalah berupa kotoran.
Wahai anakku, jadilah engkau seorang yang berjiwa mulia dengan berbuat ‘iffah, janganlah engkau mengotori kemuliaan dirimu dengan makanan yang engkau makan dengan cepat, hingga tak tak terasa kelezatannya dan di mana saja kau berada hindari cara makan yang rakus agar engkau tidak mendaat celaan.
Wahai anakku, bagi yang belum memilikinya, ’iffah merupakan suatu perisai diri. Peliharalah perisai tersebut yang akan mengantarkan dirimu kedalam ketenteraman dan kemuliaan hidup, baik dalam pandangan ulama ataupun dalam pandangan orang awam (umum)
Wahai anakku, takutlah engkau dari segala perbuatan haram. Apabila engkau berjalan di keramaian, maka janganlah engkau memenuhi arah pandang matamu terus menerus kepada kaum wanita, begitu pula sebaliknya. Janganlah engkau asyik berbicara dengan wanita yang bukan mahram dan bukan sanak saudaramu (sekalipun itu teman belajar). Hindarilah olehmu berdua dengan wanita, perbuatan seperti itu diharamkan untukmu. Berpegang teguhlah kepada firman Allah: “Katakanlah kepada orang-orang beriman: hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci dari mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka berbuat.” (QS. An-Nur: 30)
Wahai anakku, dalam suatu hadits riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim dan Abu Dawud dari Anas bin Malik, diriwayatkan juga oleh Imam Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Ibnu Majah dari Shafiyah ra. Menerangkan: “Sesungguhnya syaitan itu menelusuri tubuh anak Adam (umat manusia) untuk menggodanya seperti beredarnya darah di dalam tubuh.” Kaum Wanita adalah tali pengikat  bagi syaitan untuk menjerumuskan orang-orang yang beriman lemah.
Wahai anakku, takutlah dan jangan sampai syaitan menarik dirimu ke arah perangkap yang telah dipasangnya dengan memperturutkan hawa nafsu yang tercela, sehingga dirimu terjerumus ke jurang dosa besar dan kemungkaran dengan melakukan perzinahan dan lain sebagainya.
Wahai anakku, ingatlah firman Allah: “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Israa’: 32)
Wahai anakku, wasiatku padamu, hendaklah engkau menjaga diri dari godaan dan bujuk rayu syaitan serta dari syahwat yang keji. Sesungguhnya Allah swt. selalu mengawasimu, sekalipun engkau berada di tempat sepi dan Allah akan menghisab (menghitung) segala amal perbuatanmu.
Wahai anakku, terimalah nasihatku ini. Ingatlah selalu setiap saat, lebih-lebih di kala engkau terterik melakukan sesuatu yang jelek dengan memperturutkan syahwat yang hina. Mintalah perlindungan-Nya dari godaan syaitan yang terkutuk, dengan membaca: “A’uudzuubillaahaminas syaithaanir rajiim.” Hadapkanlah dirimu kepada Allah dengan niat yang suci murni, mintalah keselamatan kepada Allah dari godaan dan rayuan syaitan. Wahai anakku, sesungguhnya Allah menguasai, menjaga dan memelihara dirimu dengan rahmat dan petunjuk-Nya.


PELAJARAN  XV
KEUTAMAAN MURUAH (KURANG MENJAGA KEHORMATAN DIRI), SYAHAMAH (MENCEGAH HAWA NAFSU) DAN ‘IZZATIN NAFSI (KEMULIAAN DIRI)

Wahai anakku, tidak ada kebaikan bagi orang yang sedikit muruahnya (kurang menjaga kehormatan diri), membuat dirinya hina dalam pandangan umat dan teman pergaulan. Apabila seseorang dihina dan dicela, dia akan merasa rendah diri serta kehilangan kemulian dirinya.
Wahai anakku, kepribadian orang-orang seperti itu bukanlah watak dan kepribadian orang-orang yang mempelajari Dien, dan tidak patut dimiliki oleh orang-orang yang memegang teguh ajaran syariat Islam.
Wahai anakku, jaga dan peliharalah sifat muruahmu, janganlah engkau dudukkan dirimu bukan pada tempatnya. Peliharalah dan jaga dirimu dari pergaulan dengan orang-orang yang rendah akhlaqnya dan tercela. Angkatlah kehormatan dirimu dari sifat-sifat kehinaan, janganlah engkau menjadi budak perutmu (hidup untuk makan ibarat binatang) dan janganlah engkau menjadi budak hawa nafsu syahwatmu dengan memperturutkan apa yang dikehendaki.
Wahai anakku, fakir (kekurangan) dalam masalah harta tidaklah menjadi tercela bagi umat manusia. Seseorang akan tercela apabila tidak memiliki sifat muruah, bukan karena sedikit hartanya. Seseorang akan mendapat pujian jika memiliki sifat muruah dan baik dalam bergaul dengan keluarga dan temanya, jadi bukan karena banyak harta.
Sebagaian dari sifat wara’ (orang yang dalam ilmunya) ialah menjaga wajahmu dari kehinaan memimta-minta, ridla untuk hidup sederhana apa adanya, makan hanya sekedar untuk penguat badan saja, sebagaimana diterangkan dalam hadits syarif, dari Nabi saw.: “Tidaklah anak adam (umat manusia) memenuhi suatu wadah yang lebih jelek dari pada perutnya. Hanya sekedar kebutuhan untuk mempertahankan kekuatan tubuhnya saja dia makan. Apabila merasa harus makan banyak, maka hendaklah dibagi isi perutnya, yaitu: sepertiga untuk menyimpan makanannya, sepertiga untuk menyimpan minumnya, dan sepertiga lagi untuk pernafasanya.” (Hadits riwayat Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Hakim dari Miqdad bin Ma’dikariba)
Janganlah engkau memancing seorang untuk mengungkapkan sesuatu yang telah diberikan kepadamu baik berupa barang ataupun yang lainnya, itu merupakan kesenangan sementara saja.
Sebagian lagi dari cara menjaga kehormatan diri ialah engkau selalu melihat dengan penuh kasih sayang kepada fakir miskin dan orang-orang yang sangat membutuhkannya.
Termasuk cara menjaga kehormatan diri yang lain ialah apabila engkau memberikan pertolongan kepada salah seorang  teman baik dengan harta ataupun lainnya, Janganlah engkau jadikan jalan untuk menghina dan mencelanya.
Wahai anakku, sebagian dari syahamah (mencegah hawa nafsu) ialah memaafkan orang yang bersalah atau berbuat jahat kepada dirimu, sekalipun dirimu mampu dan kuat untuk membalasnya. Bagian lain dari syahamah ialah berkata benar, sekalipun pada diri sendiri dan juga menjaga kehormatan diri sekalipun engkau hidup fakir tanpa dan papa dari harta.
Wahai anakku, orang yang tidak menjaga ‘izzatin nafsi (kemuliandiri), maka tidak akan manfaat harta dan yang lainnya untuk mencapai suatu kemulian.
Kemulian diri adalah lebih utama dan lebih mulia daripada kemulian harta benda. Sebagian dari kemulian diri ialah menunjukkan akhlaq yang baik dihadapan umat manusia, sekalipun engkau fakir. Tidak memperlihatkan hajat kebutuhanmu kepada seseorang yang dekat denganmu. Sebagian lagi dari kemulian diri ialah bersabar dikala mendapatkan kesulitan hidup, dengan kesabaran yang terpujidan berserah diri kepada Allah, janganlah meminta bantuan selain kepada Rabbmu.
Wahai anakku, sebagian dari ‘izzah nafsi, muruah dan syahamah ialah menjauhkan diri dari melakukan perbuatan yang hina dan rendah untuk dirimu, jauhi perbuatan yang dapat menjatuhkan harga diri serta juga menjauhi perkara-perkara yang dapat menjatuhkan nama baik generasi penerus yang menjujung Dienul Islam, menjaga nama baik lingkungan dimana engkau berpijak. Rasulullah saw. telah bersabda: “Orang mukmin dengan orang mukmin lainnya itu ibarat suatu bangunan, yang satu sama lainnya saling kuat menguatkan.” (Hadis riwayat Bukhari, Muslim dari Abi Musa Al-Asy’ari ra.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Munajat Sang Ayah

Dalam sebuah buku berjudul “Birrul Walidain” ; Karya Prof. Muhammad Quraish Shihab,  Saya temui uraian menarik tentang cinta dan harapan seo...