Selasa, 20 Mei 2014

Terjemahan Kitab "Washoya Al Aaa' lil Abnaa' " (2)

 
PELAJARAN V
HAK DAN KEWAJIBAN TERHADAP TEMAN

Wahai Anakku, ingatlah! Engkau telah menjadi seorang pelajar yang menuntut ilmu dan engkau memiliki banyak teman. Mereka adalah saudara dan temanmu dalam pergaulan. Karena itu, jangan engkau menyakiti hati atau berlaku buruk terhadap mereka.
Wahai anakku, bila engkau duduk janganlah engkau persempit tempat bagi temanmu, lapangkanlah tempat sehingga temanmu dapat duduk dengan leluasa. Sesungguhnya menyempitkan tempat duduk (tidak memberikan kesempatan untuk duduk) pada orang lain itu termasuk perbuatan yang mengesalkan dan menyakitkan hati, sehingga membuat tidak enak di hati serta memunculkan banyak keburukan.“Hai orang-orang beriman, bila dikatakan padamu: berlapang-lapanglah dalam majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang menuntut ilmu. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadalah: 11)
 
Wahai anakku, bila seorang temanmu mendapatkan kesulitan dalam belajar dan bertanya pada gurumu, dengarlah baik-baik jawaban guru tersebut, mungkin dengan demikian engkau akan mendapat faedah yang sebelumnya tidak kau ketahui. Hindarilah olehmu kata-kata yang menyinggung dan menghina temanmu, atau menunjukkan wajah sinis karena kurang berkenan atas pertanyaan temanmu itu.
Wahai anakku, Imam Abu Hanifah ra. (pembangun mazhab Hanafi) pada suatu waktu ditanya: “Apa sebabnya sehingga engkau mendapat ketinggian ilmu pengetahuan yang sangat luas?” jawab Imam Abu Hanifah: “Aku tidak malas dalam mengambil manfaat (dengan belajar atau mengajar), dan aku tidak pernah mencegah orang yang ingin belajar dariku.”
Wahai anakku, jangan engkau persenpit jalan menuntut ilmu bagi teman-temanmu ketika mereka bertanya pada guru tentang masalah yang benar-benar belum diketahui. Bila engkau menghendaki suatu manfaat temanilah mereka dalam meyimak penjelasan guru (sekalipun engkau telah faham dan mengerti).
Wahai anakku, jika engkau tinggal bersama beberapa temanmu dalam satu asrama, Jaga dirimu jangan sampai meresahkan mereka. Bila waktu istirahat tiba, jangan engkau mengganggu mereka dengan  suaramu yang  keras dalam membaca atau menghafal pelajaranmu. Belajarlah dengan sopan du asrama, biarkan mereka beristirahat dengan tenang seperti ketika dirimu beristirahat. Bila fajar menyingsir dan engkau telah bangun dari tidurmu, shalat subuhlah bagunkan teman-temanmu dengan lembut dan sopan. Sholatlah berjama’ah, karena sholat berjamaah itu lebih utama dari pada sholat seorang diri.
Wahai anakku, bila temanmu membutuhkan pertolongan, janganlah engkau merasa berat untuk menolongnya. Jauhkan sikap membanggakan dirimu, bahwa engkau lebih memiliki keutamaan dari temanmu.
Wahai anakku, Rasululluah saw. telah bersabda: “Orang mukmin terhadap mukmin lainnya itu ibarat suatu bangunan yang satu sama lain saling menguatkan.” (Hadits Riwayat Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan Nasai dari Abi Musa Al-Asy’ari).


PELAJARAN VI
ADAB DALAM MENUNTUT  ILMU

Wahai anakku, belajarlah dengan sungguh-sungguh dan penuh semangat. Jagalah waktumu jangan sampai berlalu dengan sesuatu yang tidak mendatangkan manfaat bagimu.
Wahai anakku, baca dan pahamilah dengan penuh kesungguha pelajaran yang telah maupun yang belum di bahas oleh gurumu. Bila engkau menemui kesulitan jangan ragu untuk bertanya dan mendiskusikannya dengan temanmu. Dan jangan engkau alihkan ke masalah lain, sebelum tuntas masalah pertama dan dapat kau pahami dengan baik. Apabila guru telah memilihkan tempat untukmu, jangan engkau pindah ketempat lain. Bila salah seorang  teman kamu hendak menempati tempat dudukmu, janganlah kamu bertengkar atau mengganggunya, tetapi kemukakan kepada gurumu agar beliau memberimu tempat duduk tertentu.
Wahai anakku, bila gurumu telah memulai pelajaran, jangan engkau larut dalam pembicaraan dengan temanmu, simaklah setiap pembicaraan gurumu dengan penuh kesungguhan. Jangan engkau melamun ditengah-tengah  pelajaran. Bila engkau menemui kesulitan, mintalah kepada gurumu dengan sopan untuk mengulangi menerangkan sekali lagi. Jangan engkau melantangkan suara di hadapan gurumu dan jangan engkau bantah penjelasan gurumu, sehingga dia tidak menyukaimu.
Wahai anakku, bila seorang murid telah melanggar adab dihadapan guru dan teman-temannya, maka wajiblah dididik untuk beradab yang baik karena belum memahami masalah adab.
Wahai anakku, bila engkau tidak memuliakan gurumu lebih dari orang tuamu, maka engkau tidak mendapatkan manfaat dari ilmu yang di ajarkannya.
Wahai anakku, tawadlu (merendahkan hati) dan akhlak yang baik itu adalah hiasan ilmu pengetahuan. Maka barang siapa tawadlu karena Allah, akan di angkatlah derajatnya. Allah  akan menjadikan seluruh makhluk-Nya cinta dan hormat kepadanya. Barang siapa takabur dan berakhlak tercela maka jatuhlah martabatnya. Allah akan menjadikan seluruh makhluk membenci dirinya, dan tidak mungkin ada orang yang menghormati, memuliakan dan menyayanginya.
Wahai anakku, tidak ada sesuatu yang lebih  berbahaya bagi pelajar dari pada kemarahan guru dan ulama, karena itu, takutlah anakku, jangan sampai engkau membuat kemarahan pendidikmu atau menunjukkan akhlak tercela dihadapannya. Terimalah anakku nasihatku ini! Carilah keridlaan guru-gurumu, mintalah do’a mereka agar engkau mudah dalam belajar. Semoga Allah mengabulkan do’a guru-gurumu sehingga tercapai cita-citamu. Apabila engkau sedang menyepi seorang diri, perbanyaklah munajat (berdialog) dan tawakal (berserah diri) kepada Allah, semoga Allah memberimu ilmu pengetahuan yang luas dan bermanfaat dengan mengamalkan ilmu tersebut. Sesungguhnya Rabbmu Maha Mendengar dan mengabulkan segala do’a, yang luas Anugerah dan Kemuliaannya.


PELAJARAN VII
ADAB BELAJAR, MENGKAJI ULANG DAN DISKUSI

Wahai anakku, apabila engkau menghendaki kebaikan atas dirimu, maka ajaklah beberapa orang teman sekolahmu untuk muthala’ah (belajar) bersama, mungkin temanmu dapat menolongmu dalam memahami sesuatu. Bila engkau telah memahami pelajaranmu, jangan kau tinggalkan begitu saja buku pelajaranmu. Tetaplah belajar bersama dengan teman-temanmu seperti engkau sedang menghadapi pelajaran dihadapan para didikmu.
Wahyai anakku, berlaku sopanlah terhadap temanmu dalam belajar. Bila engkau lebih cepat memahami masalah, jangan sekali-kali engkau menghina temanmu (baik dengan kata-kata atau perbuatan) dengan menunjukkan kebolehanmu dalam membahas atau memahami suatu masalah.
Wahai anakku, jauhkan dirimu dari berdebat (mujadalah) dan bersitegang dalam perkara yang batil (salah). Sesungguhnya ilmu pengetahuan itu adalah amanah dan barang siapa menggunakan ilmu pengetahuan ke arah kebathilan, berarti dia menyia-nyiakan amanah dari Allah SWT.
Wahai anakku, perbanyaklah mudzakarah (mengkaji ulang) berbagai pelajaran yang telah engkau dapatkan. Sesungguhnya petaka (afat) bagi ilmu pengetahuan adalah lupa. Ketahuilah!, sesungguhnya engkau adalah orang yang terpandang di masyarakat, tentu akan datang ujian bagi setiap ilmu pengetahuan yang engkau miliki. Orang yang dapat mengatasi ujian itu, akan mendapat kedudukan mulia, sebaliknya masyarakat akan mencelanya bila dia tidak berhasil mengatasi dengan baik. Dengan demikian akan terlihat kesungguhan orang  tersebut dalam belajar.
Wahai anakku, hindari olehmu, jangan sampai mdzakarahmu hanya menghafal kata-kata tanpa tahu arti dan maknanya. Berusahalah untuk mengerti arti dan maksud yang terkandung didalamnya untuk kemudian kau tanamkan dalam hati. Karena ilmu pengetahuan itu adalah sesuatu yang engkau fahami, bukan sesuau yang engkau hafal.
Wahai anakku, bila engkau dan temen-temanmu berkumpul untuk berdiskusj dan saling mengemukakan pandapat dalam berbagai masalah, jangan sekali-kali engkau memutus pembicaraan seseorang yang sedang mengajukan argumentasinya, dan jangan engkau tergsa-gesa menjawab masalah sebelum jelas duduk persoalanya. Jangan sekali-kali engkau membantah suatu masalah tanpa alasan kuat, dan jangan engkau memperdebat permasalahan dengan yang tidak haq (benar). Jangan  menunjukkan kemuliaan pribadi (pangkat, titel, dsb.) kepada lawan bicaramu. Jangan meninggalkan ruang munadharah (diskusi) sebelum diskusi selesai, hanya karena kalah bicara dan jangan mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan hati lawan bicaramu, serta menyalahkannya bila memberi jawaban yang kurang tepat (jangan sombong bila menang dan jangan putus asa bila kalah, itulah watak ilmuwan).
Wahai anakku, munadharah (diskusi ) sesama  pelajar dalam membahas masalah ilmiyah, banyak membawa manfaat, diantaranya: memperkuat pengertian, memperlancar pembicaraan, membantu mengambil i’tibar (pelajaran ) dari suatu masalah dalam menambah keberanian diri. Tetapi wahai anakku, semua itu tidak akan memberi manfaat atas dirimu baik dalam pandangan Allah ataupun umat manusia, kecuali bila engkau memiliki adab yang mulia, menjahui kat-kata yang tak layak diucapkan dan bicaralah dengan perkataan yang haq sekalipun terhadap dirimu sendiri. Janganlah engkau takut pada celaan orang, selam engkau berpijak pada AL-Haq.


PELAJARAN VIII
ADAB OLAH RAGA DAN BERJALAN DI JALAN UMUM

Wahai anakku, peliharalah kesehatanmu dengan berolah raga diwaktu senggang, sehingga akan pulih kembali semangatmu yang telah pudar dalam menuntut ilmu. Bila engkau hendak berolah raga pilihlah waktu yang udaranya masih sejuk (belum terlalu  bayak populasi), yaitu pagi hari. Berjalanlah dengan tenang (menjaga tata tertib lalu lintas), jangan tergesa-gesa, jangan dorong-mendorong dengan teman (sambil bermain-main) dan janganlan tertawa terbahak-bahak.
Wahai anakku, bila engkau berolah raga atau berjalan bersama-sama teman-temanmu, janganlah memenuhi  jalan umum  sehingga mengganggu  orang  yang hendak lewat. Dan jangan berjajar dijalan umum. Apabila jalan yang kalian lewati itu lebar, berjalanlah dua-dua, bila jalan itu sempit, berjalanlah satu persatu.
Wahai anakku sesungguhya jalan umum itu bukan milik seseorang, tetapi setiap orang yang lewat berhak atas  jalan  itu. Karena itu jangan sekali-kali kalian memenuhi jalan umum sambil bergurau, hal demikian tidak patut dilakukan oleh kaum terpelajar, yang akan menjatuhkan martabat mereka dimata masyarakat.
Wahai anakku, bila engkau melihat ditengah jalan ada sekelompok orang yang berjalan sambil bergurau hendaklah kamu tidak ikut terpancing atau mendekati mereka, sebab kemungkinan besar hal tersebut  menjaga peyebab kehinaanmu atau kamu dituduh melakukan sesuatu yang tidak kamu lakukan.
Wahai anakku, janganlah engkau terpancing bila ada seseorang yang mengganggumu ditengah keramaian, maafkanlan orang yang menggangumu, tentu Allah akan mengangkat martabatmu: “Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan serupa. maka barang siap memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas tanggungan Allah.” (QS. Asy-Syuura: 40)
Dengan aklak seperti inilah Allah SWT. telah mendidik kita melalui  kitab-nya yang mulia.
Wahai anakku, bila engkau keluar dari masjid atau rumah untuk membeli suatu kebutuhan, seperti makanan, minuman, pakaian dan sebagainya, jangan engkau dengar dan tanggapi perkataan orang-orang jahil (bodoh) yang kasar dan hina, jauhkan dirimu dari mereka. dan hindarilah tawar menawar dengan  penjual, jika engkau setuju dengah harga yang telah ditentukan, maka bayarlah. Jika tidak, tinggalkanlah dengan sopan. Jangan engkau tawar suatu barang jika tidak bermaksud membelinya. karena hal itu akan membuat mereka mengucapkan perkataan yang hina.
Wahai anakku, bila engkau berbicara dengan seseorang jangan engkau keraskan  suaramu melebihi suara teman bicaramu. Jadilah engkau seorang yang halus dan sopan dalam pembicaraan. Jangan engkau bicara dengan kata-kata yang menjatuhkan martabatmu dihadapan teman bicaramu, walaupun orang itu sebaya dan setaraf denganmu dalam usia atau kedudukan. Bila ada orang yang bicara denganmu, dengarkan baik-baik, dan jangan engkau menanggapinya dengan keras dan kasar:
”Pergaulilah umat manusia itu dengan akhlaq yang baik.” (Hadits syarif, diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Hakim dan Abu Dzar. Imam Ahmad dan Tirmidzi Meriwayatkan dari Mu’adz RA.).



PELAJARAN IX
ADAB MAJELIS DAN KULIAH

Wahai  anakku, bila  kamu  melewati  sekelompok  orang, ucapkanlah  salam  kepada  mereka   dengan  ucapan  salam  yang    sesuai  dengan  sunnah  Rasul, yaitu:“Assalamu’alaikum“ (semoga  keselamatan dicurahkan pada  kalian). Dan jangan engkau ganti ucapan salam itu dengan salam yang tidak ada tuntutan dari Rasulullah saw. Janganlah engkau memasuki ruangan  kecuali  setelah  meminta  izin. Mungkin mereka yang dalam ruangan sedang membicarakan suatu perkara yang tidak boleh di dengar orang lain selain mereka. Jauhui pula olehmu sifat kekanak-kanakan, karena sifat itu sangat mempengaruhi wibawa, sekalipun yang melakukannya adalah orang yang terpandang saat itu.
Wahai  anakku, berkacalah pada dirimu sendiri bila engkau melakukan sesuatu yang engkau tidak suka perbuatanmu itu diketahui orang selain dirimu, kemudian ada seseorang yang tidak engkau kehendaki memasuki kamarmu dan melihat apa yang kau lakukan. Bukanlah engkau merasa kesal dan engkau menghedaki orang tersebut pergi? Seperti itulah perasaan sekelompok orang yang sedang mengadakan pertemuan, bila engkau masuk tanpa izin sebelumnya, dan tentu merekapun tidak menyukai kehadiranmu ketengah-tengah mereka.
Wahai anakku, bila engkau diundang menghadiri suatu majelis (pertemuan), sedang engkau termasuk orang yang berusia muda diantara yang hadir, jangan engkau duduk sebelum engkau  dipersilahkan. Bila engkau duduk, janganlah mendesak orang yang lebih dahulu duduk, atau janga sekali-kali mengusir seseorang dari tempatnya, kecuali dia mempersilahkanmu menepati kursinya. Bila engkau duduk disuatu tempat, kemudian datang orang yang lebih patut menepatinya, persilahkanlah dengan sopan untuk menduduki tempat tersebut. Bila semua itu engkau lakukan dengan i’tikat yang baik dan penuh keihlasan, maka kemuliaanmu  di mata masyarakat akan bertambah.
Wahai  anakku, bila engkau berada dalam suatu pertemuan, jangan engkau mendahului membuka pembicaraan dengan orang yang lebih utama darimu. Bila engkau berbicara, hendaklah hanya yang haq dan jangan engkau melebih-lebihkan pembicaraan. Sanggahlah perkataan orang lain dengan adab yang baik. Hindarilah tertawa terbahak-bahak dalam ruang pertemuan, karena hal itu termasuk adab yang rendah dan perbuatan yang hina dalam pandangan orang. Dan banyak tertawa itu dapat menghilangkan kemuliaan, dan menyebabkan hati orang yang  mendengar bosan terhadapmu.
Wahai  anakku, janganlah engkau berteman, kecuali dengan orang yang wara’ (dalam ilmunya), orang yang mulia, orang yang ‘iffah (menjaga diri dari sesuatu yang haram) dan yang sempurna akhlaqnya. Jangan berteman dengan pengumpat dan pengadu domba atau dengan orang-orang fasik dan orang-orang yang berebihan dalam ucapan dan perbuatan. Jauhi olehmu berteman dengan orang-orang yang berakhlaq rendah, suka mengada-ngada, munafik dan sejenisnyab, sebab akhlaq yang rendah  akan berpengaruh terhadap orang lain seperti api yang membakar  kayu sedikit-sedikit sampai akhirnya habis (akhlak yang tercelapun sedikit demi sedikit akan mempengaruhi untuk kemudian memusnahkan akhlak mulia).
 
PELAJARAN X
ADAB MAKAN DAN MINUM
Wahai anakku, bila engkau ingin hidup sehat lahir bathin, terhindar dari segala penyakit, janganlah engkau mengisi perutmu dengan sembarang makanan. Makanlah ketika engkau merasa lapar dan berhentilah sebelum terlampau kenyang karena Rasulullah saw. Telah bersabda: “Tidaklah anak Adam (manusia) memenuhi suatu wadah itu lebih jelek dari pada memenuhi wadah makannya (perutnya).” (Hadits Riwayat Imam Ahmad, Tirmizi, Ibnu Majah dan Hakim dari Miqdah bin Ma’dikariba).
Wahai anakku, bila engkau hendak makan, cucilah dahulu tanganmu, bacalah “Bismillah” diawali makanmu. Jangan engkau  telan makanmu sebelum mengunyahnya sehingga lunak, karena hal itu menolong pencernaan makanan, dan makanlah yang terdekat denganmu, jangan mengulurkan tangan untuk mengambil makanan yang jauh darimu, karena yang demikian itu adalah perbuatan yang tercela.
Wahai anakku, janganlah engkau melakukan perbuatan seperti yang dilakukan oleh orang  yang berakhlak tercela dan hina di mata manusia, yaitu jangan engkau makan di tengah pasar atau makan sambil berjalan sekalipun hanya makanan ringan. Karena yang demikian itu menghilangkan sifat wara’ (dalam  ilmunya) dan membuat dirinya terhina.
Wahai anakku, jauhilah sjfat bakhil (kikir), dan serakah. Bila engkau duduk untuk makan, sedang disisimu ada orang, baik  sudah kenal atau belum, ajaklah dia makan bersamamu, bila makananmu tersisa, sedekahkanlah pada fakir miskin. Dan janganlah engkau malu dengan memberikan sedekah yang sedikit itu, karena sedikit itu (sekalipun sedikit) sangat berarti bagi fakir miskin. Dan bila engkau memberikan sedekah pada seorang fakir, jangan sekali-kali engkau sertakan hina yang ditunjukkan padanya, jangan engkau ikuti sedekahmu dengan kata-kata yang menyakitkan hati orang yang engkau beri sedekah: “Ucapan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari pada sedekah yang diiringi dengan seuatu yang menyakitkan hati si penerima.” (QS. Al-Baqarah: 263)
Oleh karena itu, peliharalah sedekahmu jangan sampai diketahui orang lain, karena sesungguhnya sedekah sirri (secara rahasia)  itu memadamkan kemurkaan Allah swt.
“Sesungguhnya sedekah secara rahasia itu dapat menghapus  kemurkaan Allah swt.” (Hadits Riwayat Thabrani, dalam Kitab “Mu’jamul-Kaibil” dari Muawiyah bin Haidah)
Wahai anakku, jangan engkau makan dan minum dengan alat makan minum yang kotor, karena hal itu akan mendatangkan penyakit bagi dirimu, yang mungkin akan sulit disembuhkan. Dan minumlah air yang bersih, bila hendak minum, bacalah “Bismillah”. Jangan engkau minum sekaligus segelas air, minumlah sedikit demi sedikit, sebaiknya satu gelas diulang tiga kali yang setiap kalinya dipisahkan dengan bacaan “Bismillah”. Bila engkau telah selesai makan dan minum, bacalah “Alhamdulillah” (segala Puji milik Allah) yang telah memberimu makan dan minum. Bersyukulah atas nikmat yang telah dikaruniakan-Nya padamu, yang tidak terhitung banyaknya. Sesungguhnya Allah-lah yang memberimu petunjuk dan pertolongan.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Munajat Sang Ayah

Dalam sebuah buku berjudul “Birrul Walidain” ; Karya Prof. Muhammad Quraish Shihab,  Saya temui uraian menarik tentang cinta dan harapan seo...