Kamis, 15 Januari 2015

Almarhum Gus Dur

Dinasihatkan oleh Rasulullah SAW : “ udzkuruu mahasina mautakum ”; Renungkanlah, ingatlah , sebutlah; jasa-jasa, kebaikan orang mati kamu. 
Tidak kurang dari 200 kali, kata-kata dzikir terulang didalam Al quran, objeknya bermacam-macam, salah satu diantaranya adalah berdzikir, merenung, mengingat ,menyebut2 ; tokoh-tokoh, lebih2 yang memiliki jasa didalam masyarakat. 
Kalau kita berbicara tentang Gus Dur , tidak mudah membicarakan tokoh ini, karena tidak mudah menemukan kunci kepribadian almarhum. 
Bahkan bisa terkesan bahwa ada semacan kontradiksi dari sikap-sikap Beliau. 
Beliau itu serius, tetapi suka bercanda. Dalam hal-hal serius seringkali kita mendengar beliau berucap “begitu aja kok repot”, serius dan bercanda itu bertolak belakang, namun tidak harus dipertentangkan.
Gusdur seorang yang sangat rasional, tetapi dalam saat yang sama beliau percaya suprarasional.
Yang terkadang bagi orang-orang yang tidak mengerti dinamai irasional. 
Gusdur almarhum, seorang yang demokrat: senang bermusyawarah ,tetapi dalam saat yang sama karena kuatnya kepribadian beliau dan kuatnya cara-cara beliau untuk mempertahankan pendapatnya, terkesan bahwa beliau otoriter.
Gusdur Allahu yarham, seorang yang berpijak di bumi Indonesia , melihat jauh ke depan,
tetapi dalam saat yang sama tidak pernah tidak menoleh kebelakang. 
Gusdur bukan saja mengumandangkan dan mempraktekkan ungkapan yang dikenal oleh agamawan dengan “almuhafadhotu alal qodimis sholihh, wal ahlu bil jadidil ashlah”.. Tidak saja sekedar memelihara yang baik dari masa lalu, serta mengambil yang lebih baik dari masa kini, tetapi Gusdur lebih dari itu, Beliau juga mempersembahkan sesuatu yang orisinil baru dari Gusdur. 
Dalam pandangan agamawan dan ilmuwan, kalau Anda menemukan suatu orang yang memiliki sikap masyarakat kontradiktif terhadapnya, maka ketahuilah bahwa orang yang bersangkutan adalah orang yang jenius.
Memang, kata para pakar; bisa jadi kalau menurut ukuran akal itu mustahil, tetapi kalau kita menggunakan ukuran hati itu tidak mustahil. 
Seorang yang mencapai kedudukan akal yang sehat tidak mungkin baginya memadukan 2 hal yang bertolak belakang. 
Tetapi bagi seorang yang mencapai puncak akal dan puncak kesucian jiwa, dia dapat mencapai dan menggabungkan 2 hal yang bertolak belakang.
Gusdur merupakan seorang tokoh yang berpijak pada masa kini, tapi menoleh kebelakang, sekaligus memandang jauh kedepan. 
Terkadang pikiran-pikiran Beliau melampaui masanya, sehingga setelah beliau pergi dan masa berubah,
maka baru banyak orang yang akan menyadari bahwa, "oh itu Gusdur benar ketika itu".
Ketika itulah Gus Dur bagaikan mendendangkan syair, mewakili para tokoh dan pemimpin-pemimpin  dunia yang semasa hidupnya terkadang disia-siakan, dengan ungkapan: Sayadzkuruni qaumi idza jadda jidduhum, wafil lailati dzulma'i yuftaqadul badru;
"Umatku, kaumku; akan mengingat-ingat saya pada saat krisis mereka ; dan memang purnama itu di cari2 waktu kelamnya malam." 
Allahu yarham Gusdur, semoga Allah menempatkan beliau ditempat yang sebaik-baiknya.

--Ungkap Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab, dalam mengenang gusdur saat memperingati haul 1000 hari kewafatan beliau.--

Kamis, 27 September 2012 ; 

PP.Tebuireng, Jombang - Jawa Timur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Munajat Sang Ayah

Dalam sebuah buku berjudul “Birrul Walidain” ; Karya Prof. Muhammad Quraish Shihab,  Saya temui uraian menarik tentang cinta dan harapan seo...